Al-Aydrus
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Aydrus” adalah Habib Abdullah bin Abu Bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah.
Soal gelar “Al-Aydrus” berasal dari kata “Utaiyrus” yang berarti bersifat seperti Macan atau Singa. Disandangnya, karena semasa kecilnya beliau selalu berani menghadapi apapun juga (baik manusia, binatang, mahluk halus dan sebagainya) sehingga oleh kakeknya (Habib Abdurrahman Assegaf) beliau dipanggil (dijuluki) dengan julukan “Utaiyrus”.
Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut) pada bulan Dzulhijjah
tahun 811 H, dan dikarunia 5 orang Putera, 3 diantaranya yang
melanjutkan keturunan beliau, yaitu :
- Alwi, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Ahmad Al-Muhtabi. Keturunannya berada di Bor, Syam, Dhafar (Hadhramaut) dan di Jawa (Indonesia).
- Husein, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Umar bin Zain, Al-Ismail, Al-Hazem, Al-Tsibiy, Al-Ma’igab (Menurunkan keturunan : Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abubakar).
- Syaikh, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Asshalabiyyah dan Ali Zainal Abidin. Keturunan dari Habib Alwi, Husein dan Syaikh bin Abdullah Al-Aydrus selain berada di Timur Tengah, juga kebanyakan berada di Indonesia.
Habib Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf wafat dalam perjalanan dari kota Syihr menuju kota Tarim (Hadhramaut) pada tanggal 12 Ramadhan tahun 865 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Adani
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Adani” ialah Waliyullah Al Quthub Abubakar bin Abdullah Al-Aydrus bin Abu bakar Al-Sakran bin Al-Iman Abdurahman Assegaf.
Soal gelar yang disandangnya karena Beliau meninggalkan tempat keleahirannya, kota Tarim berhijrah ke kota “Aden” di Yaman Selatan, dan sampai akhir hayatnya
belia bermukim di kota ‘Aden’ tersebut karenanya belia dijuluki “Al Adani “.
Dengan kekeramatannya dan walayah begitu Beliau pertama kali memasuki
kota Aden maka turun hujan susu di kota Aden tersebut. Dan sewaktu
beliau dalam kandungan ibunya terjadi suatu perselisihan antara ibunya
dan ayahnya. Sang ibu mengatakan bila anaknya kelak laki-laki akan
diberi nama Umar Al-Muhdar. Sedangkan si ayah ingin menamakan anaknya
dengan Abdurrahman; dengan kodrat Allah SWT maka anak yang dalam
kandungan ibunya itu bersuara dan mengatakan bahwa dirinya telah
membaca namanya di “Lauhin Mahfud” Abubakar bin Abdullah Al-Adani.
Akhirnya kedua orang tuanya tadi sama-sama menyetujui akan menemakan
anaknya dengan Abubakar.
Waliyullah Abubakar Al-Adani dilahirkan dikota Tarim. Dikaruniai
seorang anak lelaki yang diberi nama Ahmad. Tetapi sayangnya Ahmad dan
kedua anaknya yaitu ‘Aqil dan Muhammad tidak menurunkan keturunannya.
Waliyullah Abubakar bin Abdullah Al-Aydrus Al-Adani pulang ke rahmatullah di kota Aden pada tahun 914 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Bin’Aqil
Yang pertama kali digelari Bin Aqil adalah Waliyullah Muhammad bin ‘Aqil bin salim dan Zain bin ‘Aqil bin Salim.
- Muhammad bin ‘Aqil bin salim dilahirkan di kota Inat. Dikaruniai 3 orang anak lelaki masing-masing adalah : ‘Aqil, Alwi dan Afif. Masing masing menurunkan keturunan Al Bin ‘Aqil.
- Zaid bin ‘Aqil bin Salim dilahirkan di Silik. Dikaruniai 2 orang anak lelaki, masing-masing adalah: Husein dan ‘Aqil.
- Waliyullah Muhammad bin ‘Aqil pulang ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 1032 H.
- Waliyullah Zain bin ‘Aqil pulang ke Rahmatullah di kota Silik.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Ba’Aqil
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Ba ‘Agil” adalah Habib Agil bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah. Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut), dan dikarunia 1 orang Putera yaitu Abdurrahman. Habib Abdurrahman bin Agil mempunyai 3 orang putera yaitu :
- Hasan
- Muhammad-Al Hadi. Keduanya menurunkan keturunan “Al-Ba’agil Assegaf “
- Umar, menurunkan keturunan “Ba’agil “
Habib Agil bin Abdurrahman Assegaf wafat di kota Tarim pada tahun 871 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Attas
Yang pertama kali digelari “Al-Attas” adalah Habib Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Fagih Al-Mugaddam.
Soal gelar yang disandangnya, karena atas Rahmat (Hidayah) yang
diberikan oleh Allah SWT kepada beliau, maka ketika beliau masih berada
dalam kandungan ibunya, beliau dapat bersin dan mengucapkan
Alhamdulillah yang dapat di dengar pula oleh ibunya. Bersin dalam
bahasa arab ialah “Athasa”, dan orang yang bersin disebut “Al-Athtas”.
Beliau dilahirkan di kota Silk (Hadhramaut), dan dikarunia 5 orang
Putera, 3 diantaranya yang melanjutkan keturunannya, yaitu :
- Abdullah, keturunannya hanya berada di Yafi’ (Hadhramaut)
- Agil, keturunannya Al-Attas Al-Agil
- Umar, Shohibur Ratib Al-Athas, keturunannya kebanyakan berada di Indonesia. Beliau dikarunia 4 orang putra yaitu :
- Husein, menurunkan keturunan Al-Attas yang disebut : Al-Mukhsin, Al-Ahmad, Al-Thalib, Al-Umar, Al-Hamzah, Al-Hasan, Al-Mushanna, Al-Ba’ragi, Al-Ali, Al-Ham, Ath’thuyur,Al-Bin Ya’far, Al-Muwar, Al-Bathah.
- Salim, menurunkan keturunan Al-Attas yang disebut : Al-Salim bin Umar, Al-Yabis, Al-Habhab, Al-Bu’un, Al-Syami.
- Abdullah, menurunkan keturunan Al-Attas yang disebut : Al-Maut, Al-Mahlus, Al-Bin Hasan, Al-Bin Hud, Al-Bin Hadun.
- Abdurrahman, menurunkan keturunan Al-Attas yang disebut : Al-Fagih, Al-Bagadir.
Habib Abdurrahman bin Agil bin Salim Al-Attas wafat di kota Huraidhah sekitar tahun 1200 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Aidid
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Aydid” adalah Habib Muhammad Maula Aydid bin Ali Al-Huthah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Faqih.
Soal gelar yang disandangnya, karena beliau bermukim di “dusun
Aydid” yang terletak di daerah pegunungan dekat kota Tarim. Dusun ini
pada mulanya merupakan tempat yang sangat ditakuti oleh penduduk
sekitarnya, karena dihuni banyak mahluk halus yang jahat sehingga
setiap orang yang kesana pasti tidak bisa kembali lagi. Hingga pada
suatu malam yang gelap gulita penduduk disekitar tempat tersebut
dikejutkan dengan munculnya suatu cahaya yang terang benderang diatas
dusun tersebut, dan setelah dekat ternyata cahaya tersebut berasal dari
tubuh Habib Muhammad Maula Aydid. akhirnya dusun yang sangat ditakuti
tersebut kemudian menjadi dusun yang sangat aman dan makmur. Dimana
penduduk dusun tersebut mengangkat Habib Muhammad bin Ali Al-Huthah
sebagai penguasa (Maula) dusun Aidid tersebut dengan Gelar Muhammad Maula Aydid.
Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut), dan dikarunia 6 orang
Putera, hanya 3 diantaranya yang melanjutkan keturunan beliau, yaitu :
- Abdullah.
- Abdurrahman. Kedua beliau ini digelari (dijuluki) Ba-Fagih yang kemudian menjadi leluhur Al-Bafagih.
- Ali, tetap dijuluki (digelari) Aydid, yang kemudian menjadi leluhur keluarga Al-Aydid.
Habib Muhammad Maula Aydid wafat di kota Tarim (Hadhramaut) pada tahun 862 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Auhaj
Yang pertama kali digelari “Al-Auhaj” adalah Habib Abdullah bin Alwi bin Ali bin Abu Bakar Al-Fakher bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Faqih.
Soal gelar yang disandangnya, karena beliau bemukim di dusun yang
disebut “Auhaj” di Yaman. Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut),
dan dikarunia 3 orang Putera, yaitu Ahmad, Ali dan Abdullah; yang
kemudian melanjutkan keturunan beliau. Terutama yang berada di
Indonesia.
Habib Abdullah Al-Auhaj bin Alwi bin Ali wafat di Goroh (Hadhramaut) pada tahun 868 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin. !
Al-Ba’bud
“Ba’bud” dalam bahasa arab, berasal dari kata “A’bud” berarti : Banyak melakukan ibadah. Ada
4 golongan leluhur ‘Alawiyyin yang bergelar “Al-Ba’bud”.
- “Ba’bud Maqfun” keturunan Alwi Ammil-Faqih bin Muhammad Shahib Marbad. Disandang oleh Waliyyulah Al-Mua’llim Muhammad Abud bin Abdulllah bin Muhammad Maqfun bin Abdurahman Al-Babathinah. Tentang gelar “Maqfun” karena suka ber’uzlah atau menyendiri, denga maksud untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Waliyyullah Al-Muallim Muhmmad Aud dilahirkan di kota Tarim. Keturunannya berada di Bur (Hadramaut), di kota Madinah Al-Munawwarah, di Mesir dan Indonesia. Beliau berpulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada bulan Dzulhijjah tahun 975 Hijriyah.
- “Ba’bud Dijan” keturunan Muhammad Al-Faqih Muqaddam. Disandang oleh Waliyyullah Abdullah in Ali Dijan bin Ahmad. Tentang sebutan “Dijan” diartikan dengan dua pengertian: (1) “Dijan” diartikan sebuah Dusun di Hadramaut. Dimana ayah Waliyyulah Abdullah Abud yaitu Ali bin Ahmad bermukim di “Dusun Dijan” tersebut. (2) “Dijan” diartikan dengan “Keindahan” atau “Keperkasaan”. Mungki keluarga Waliyyullah Abdullah Abud bin Ali tersebut adalah orang-orang yang gagah perkasa dan pemberani. “Waliyyullah Abdullah Abud dilahirkan di Gasam (Hadramaut). Keturunannya berada di Ghaiydhah di Difar, di India dan di Indonesia. Beliau pulang ke Rahmatullah pada sekitar tahun 816 Hijriyah.
- “Ba’bud Harbasan” keturunannya Muhammad Al-Fagih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad. Disandang oleh Waliyyullah Ahmad in Abi Bakar Harbasan bin Abdurrahman bin Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. Tentang sebutan “Harbasan” diartikan sebuah Dusun yang lataknya tidak jauh dari kota Makkah Al-Mukarramah; dimana leluhur Waliyyullah Ahmad bin Abi baker telah bermukim di “Dusun Harbasan” tersebut. Beliau dilahirkan di kota Makkah. Keturunannya berada di churuf Al-Zaidan di kota Tarim Hadramaut, di Oman dan di Indonesia.
- “Ba’bud bin Syaihan” keturunan Muhammad Al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad. Disandang oleh Waliyyullah Ahmad bin Syaihan bin Ali bin Abi Bakar bin Abdurahman bin Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. Beliau dilahirkan di Micha. Keturunannya hanya berada di Hijaz dan Oman (Timur Tengah), di Habasyah (Afrika) dan di India. Beliau pulang ke Rahmatullah di kota Makkah Al-Mukarramah sekitar tahun 1044 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin…
Al-Bar
Yang pertama dijuluki (digelari) “Al-Bar” adalah Waliyyullah Ali bin Ali bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bi Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
Soal gelar yang disandangnya karena Waliyyullah Ali bin Ali Al-Bar
adalah seorang anak yang sangat ta’at (berbakti) kepada kedua orang
tuanya dengan sebnar-benar ta’at yang jarang sekali bisa dilakukan oleh
setiap orang. Perintah apapun dari kedua orangtuanya, sekalipun yang
sukar (kecuali perintah menyekutukan Allah SWT pasti akan
dilaksanakannya (Sam’an Watha’atan). Maka beliau digelari “Al-Bar” yang berarti kebaktian yang sangat luar biasa terhadap kedua orang tua.
Waliyyullah Ali bin Ali Al-Bar dilahrikan di kota Dau’an (Hadramaut). Dikaruniai 3 orang anak lelaki masing-masing bernama : Abdullah, Abibakar, dan Husein. Dari ketiga anak lelaki beliau tadi hanya Husein
lah yang banyak keturunannya ; dan diantara anak-cucu Waliyyullah
Husein adalah Al-Imam Umar bin Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin
Ali Al-Bar, seorang Waliyyullah yang tersohor (yang wafat di Gerin
Hadramaut pada tahun 1158 Hijriyyah). Keturunannya Al-Bar yang
kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Ali bin Ali Al-Bar pulang ke rahmatullah di Dau’an Hadramaut.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin.
Al-Bayti
Gelar “Al-Bayti” disandang oleh :
- Waliyyullah Ali bin Alwi bin Ali bin Abubakar Al-Facher. Beliau dilahirkan di Bait Al-Maslamah. Dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Muhammad, yang menurunkan keturunannya. Waliyyullah Ali Al-Bayti pulang ke Rahmatullah di Bait Al-Maslamah pada tahun 915 Hijriyah.
- Waliyyullah Abubakar bin Ibrahim bin Al-Imam Abdurrahman Assegaf. Beliau dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak lelaki, masing-masing bernama Ibrahim, Ahmad dan Isma’il. Waliyyullah Abubakar Al-Bayti pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 905 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin.
Al-Bahar
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Bahar” adalah Waliyyullah Al-Qutub
Al-Aqthab Hasan bin Saleh bin Idrus bin Abubakar bin Hadi bin Said bin
Syaichan bin Alwi bin Abdullah attarisi bin Alwi Al-Chawas bin AbuBakar
Al-Jufri.
Soal gelar yang disandang beliau, karena menurut Al-Syeich Abdullah
bin Semir dalam kitabnya yang berjudul “Giladatul Nahri” yang berisi
managib Al-Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahar, yang
menyatakan bahwa ayah Waliyyullah Al-Habib Hasan yaitu Al-Habib Shaleh,
beliaulah yang sebenarnya dijuluki dengan gelar “Al_Bahar” tersebut.
Alasannya ada kemungkinan beliau sering di lautan (sering berlayar).
Waliyyullah Al-Habib Hasan Al-Bahar dilahirkan di suatu dusun dekat
kota Syiban pada tahun 1191 Hijriyah. Dikaruniai 5 orang anak lelaki.
Dua orang diantaranya menurunkan keturunannya, yaitu : Shaleh dan Abdul Qadir.
Waliyyullah Al-Habib Hasan Al-Bahar pulang ke Rahmatullah pada tahun 1273 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya, dan
para Sholihin. Amin.
Al-Barrum
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Barrum” adalah Waliyullah Hasan bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam.
Soal gelar yang disandangnya karena beliau bermukim di dusun “Barrum
“yang berjarak kira-kira 20 Km dari kota Mukalla Hadramaut (pada waktu
itu merupakan ibu kota bekas kesultanan “Al-Qathiiyah”)
Waliyullah Hasan bin Al-Barrum dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki masing-masing bernama : Abdurrahman, Umar, Ali, dan Ahmad. Adapun Ahmad yang merupakan satu-satunya anak yang banyak keturunannya, terutama yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyullah Hasan Al-Barrum pulang ke Rahmatullah di kota tarim pada tahun 927 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin..!
Al-Babirik
Yang pertama kali digelari “Al-Ba-Birik” adalah Waliyyullah Umar bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad AL-Faqih Muqaddam.
Waliyyullah Umar Ba-Birik dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 2 orang anak lelaki, satu diantaranya yang bernama Ahmad yang menurunkan keturunannya yang berada di Indoesia.
Waliyyullah Umar Ba-Birik pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada 889 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin.
Al-Cherrid
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Cherrid” ialah Waliyyullah Alwi
bin Muhammad Hamidan bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi
bin Muhammad Al-Faqih bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbad.
Soal julukan (gelar) yang disandangnya karena beliau berkali-kali beribadah di suatu Goa yang disebut “Goa-Cherrid”
dipegunungan “Aqrun” di Tarim. Beliau selalu beribadah disana sampai
seminggu bahkan sampai sebulan lamanya. Didalam “Goa-Cherrid” yang sepi
dan jauh dari keramaian duniawi tersebut beliau disamping melakukan
ibadah jasmani (seperti melaksanakan shalat) juga melakuan ibadah
tafakur dengan kalbu dan fikirannya, yang kesemuanya itu dilakukan
karena mencontoh sunnah Rasulullah s.a.w yang pernah melakukan ibadah
di “Goa-Hira”.
Waliyyullah Alwi Cherrid dilahirkan di kota Tarim dan dikaruniai 6
orang anak lelaki. Diantara ke-6 anak lelakinya tersebut hanya seorang
anaknya yang bernama Ali yang kemudian menurunkan keturunan “Al-Cherid”.
Waliyyullah Alwi Cherrid pulang ke Rahmatullah di Tarim pada tahun 808 Hijriyyah
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin.
Al-Chaneman
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Chaneman” adalah Waliyullah Ahmad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad in Abubakar Al-Wara’ bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam.
Soal gelar “Al-Chaneman” yang berasal dari kata “Chanam”
yang berarti salah satu jenis kurma yang hanya berada di Hadramaut.
Belum diketahui dengan pasti apakah hubungannya ‘Chanam” (kurma)
tersebut dengan gelar yang disandang beliau itu. Apakah karena beliau
menyukai kurma tersebut atau beliau memiliki perkebunan kurma tersebut.
Wallahu a’lam.
Waliyullah Ahmad Chaneman dilahirkan di kota Tarim (Hadramaut). Dikaruniai 2 orang anak lelaki yang masing-masing bernama :
- Umar, yang keturunannya hanya berada di timur Tengah dan jumlah sedikit sekali.
- Abdullah, yang keturunannya kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyullah Ahmad bin Umar Chaneman meninggal di kota Tarim pada tahun 893 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau dalam surga
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, dan para
Sholihin. Amin.
Al-Chumur
Yang pertama kali mendapat julukan “Al-Chamur” adalah Waliyyullah Abdullah bin Shaleh bin Hasan bin Husein bin Syaich Abu Bakar bin Salim.
Soal gelar yang disandangnya karena beliau bermukim di “Chamur” yaitu suatu tempat yang tersohor disebelah barat kota Syibam Hadramaut.
Waliyyullah Abdullah bin Shaleh Al-Chamur dilahirkan di “Chamur”. Dikaruniai 7 orang anak lelaki, masing-masing bernama: Ahmad, Ali, Abu Bakar, Umar, Abdurrahman, Muhammad dan Idrus. Yang semuanya menurunkan keturunannya.
Waliyyullah Abdullah bin Shaleh Al Chamur pulang ke Rahmatullah di Chamur pada sekitar tahun 1211 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin.
Al-Maula Chailah
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al Maulachailah” adalah Waliyyullah Abdurrahman bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah. So’al gelar yang disandangnya karena Beliau bermukim di daerah pegunungan “Chailah” yang tersohor disebelah barat kota Tarim (Hadramaut).
Waliyyullah Abdurrahman Maulachailah dilahirkan di kota Tarim. Di
karuniai 4 orang anak lelaki. Dari ke-4 anak lelakinya hanya seorang
yang melanjutkan keturunan Beliau yaitu yang dinamai Sahil, yang dikaruniai anak bernama Muhammad, dan Muhammad bin Sahil dikaruniai 2 orang anak lelaki yang masing-masing bernama :
- Umar, keturunannya disebut Sahil Chailah, yang hanya berada dikota Tarim (Hadramaut) saja
- Salim, menurunkan keturunan “Al-Maulachailah”, yang kebanyakan keturunannya berada di Indonesia (di Palembang; di Pulau Jawa; di Madura dan di Ampenan Bali)
Waliyyullah Abdurrahman Maula Chailah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 914 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Maula Dawilah
Yang pertama kali digelari “Al-Maula-Dawilah” adalah Waliyyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad A1-Faqih Al-Muqaddam
So’al gelar yang disandangnya, karena Beliau bermukim di dusun
“Yabhar” di bagian barat Hadramaut, dimana dusun “Yabhar” tersebut
biasa disebut dengan “Dawilah” yang artinya dusun Kuno. Maka
waliyyullah Ahmad bin Muhammad digelari “Maula-Dawilah” artinya
“penguasa” (pemimpin) Dusun Yabhar yang kuno tersebut.
Waliyyullah Ahmad Maula-Dawilah dilahirkan di Yabhar. Dikaruniai 2 orang anak masing-masing bernama :
- Sahil, yang keturunannya kebanyakan di Yabhar, Fuqmeh Madrah, Sytair, dan di Djiddah Hadramaut Yaman Selatan, dan sebagian di Indonesia.
- Abdurrahman, keturunannya berada di Indonesia, kebanyakan di kota Malang Jawa Timur.
Waliyyullah Ahmad Maula-Dawilah pulang ke Rahmatullah di Yabhar pada tahun 873 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Djamalullail
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Djamalullail” adalah Waliyyullah Al-Imam Al-Fadlil Muhammad bin Hasan AIMu’allim bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
So’al gelar yang disandangnya, karena Beliau selalu beribadah
semalam suntuk hingga waktu fajar. Malam harinya diperindah dengan
ibadah shalat tahajjud dan shalat-shalat sunnah lainnya, serta
pengajian ayat-ayat suci Al-Qur’Anul Karim, shalawat-shalawat
Rasullulah s.a.w dan membaca do’a-do’a lain-tainnya, hal ini dilakukan
sepanjang hayatnya. Karena itu Beliau digelari “Djamalullail” yang
berarti Beliau adalah orang yang selalu memperindah malam hari dengan
banyak melakukan ibadah.
Waliyyullah Muhammad Djamalullail dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 2 orang anak lelaki masing-masing adalah :
- Abdullah bin Muhammad Jamalullail, yang dari kedua cucunya masing-masing Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan “Al-Djamalullail” yang kebanyakan berada di Hadramaut, di Makkah Al-Mukarramah dan di India, dan sebagian kecil berada di Aceh dan di pulau Jawa.
- Ali bin Muhammad Djamalullail dari anak cucunya menurunkan Keturunan Leluhur Al-Qadriy, Al-Assry, Al-Baharun, dan Al-Djunaid.
Waliyyullah Muhammad Djamalullail pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 845 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin..!
Al-Bin Djindan
Yang pertama kali dijuluki (digelari) Al Bin Djindan adalah Waliyyullah Djindan bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Syaichan bin Syaich Abi Bakar. Waliyyullah Djindan dilahirkan di kota Inat (Hadramaut), dikaruniai seorang anak lelaki yang dinamai Abdullah, yang menurunkan keturunan Al-Bin Djindan, yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Djindan bin Abdullah Al bin Djindan pulang ke Rahmatullah di Inat sekitar tahun 1140 Hijriyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Djufri
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Djufri ” adalah Waliyyullah Abubakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammdad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad So’al
gelar yang disandangnya, karena Beliau dimasa kecilnya selalu dipanggil
oleh datuknya yaitu Waliyyullah Abdurrahman Asseggaf bin Muhammad
Mauladdawilah dengan panggilan “Hai Djufratiy” yang berarti Anak kecil
yang berbadan gemuk dan kekar .
Waliyyullah Abubakar bin Muhammad Al-Djufri dilahirkan di kota Tarim
(Hadramaut) dikaruniai 3 orang anak lelaki, masing masing dinamai
Ahmad, Alwi-Al-Chawas dan Umar. Dari Beliau-beliau tersebut menurukan keturunan Al-Djufri, Al-Kaf, Al-Shafi dan Al-Bahar.
Waliyyullah Abubakar bin Muhammad Al-Djufri pulang ke Rahmatullah di kota Tarim sekitar tahun 860 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Djunaid Achdor
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Djunaiyd Achdor” adalah Waliyyullah Djunaiyd
Achdor bin Ahmad bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Achdor bin
Ahmad Gasam bin Alwi Asyibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi
bin Muhammad Al-Faqih AlMuqaddam.
So’al gelar yang disandangnya karena ayah Beliau memberi nama
Djunaiyd dengan pengharapan supaya kelak menjadi seperti Waliyyullah
yang bernama Djunaiyd bin Muhammad Sayyid Atha’ifah Assufiyah yang besar dan tersohor.
Waliyyullah Djunaiyd Achdor dilahirkan di Gasam (Hadramaut),
dikaruniai 5 orang anak lelaki, 3 diantaranya yang melanjutkan
keturunannya, masing-masing bernama : Syaich, Ahmad dan Muthahhar.
Waliyyullah Djunaiyd Achdor pulang ke Rahmatullah di Gasam pada tahun 1032 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Djunaid
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Djunaid” adalah Waliyyullah Abubakar bin Umar bin Abdullah bin Hawn bin Hasan bin Ali bin Hasan bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
Waliyyullah Abubakar Al-Djunsid dilahirkan di kota Tarim pada tahun
1053 Hijriyyah. Dikaruniai 5 orang anak lelaki hanya 1 diantaranya yang
menurunkan keturunannya yaitu Ali bin Abubakar Al-Junaid. Dimana keturunannya hanya berada di kota Tarim (Hadramaut) dan di Singapore.
Waliyullah Abubakar Al-Djunaid pulang ke Rahmatullah di kota Tarim.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Fad’aq
Fad’aq, arti dari nama sejenis harimau. Leluhur Alawiyyin yang mendapat gelar Fad’aq dikarenakan mempunyai sifat kuat dan berani seperti Harimau (macan). Sewaktu berdakwah (berjuang) fi Sabilillah.
Ada dua golongan Alawiyyin yang bergelar Al-Fad’aq. Masing masing disandang :
- Oleh Waliyyullah Umar Fad’aq bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar.Beliau
dilahirkan di Jami Gasam (Hadramaut). Dikaruniai 6 orang anak
laki-laki. 4 diantaranya yang menurunkan keturunannya; masing-masing
bernama:
- Muhammad, menurunkan Al-Fad’aq yang bergelar: Al-Bait Mahrus, keturunannya hanya berada di Misygoroh (Hadramaut).
- Ali, menurunkan Al-Fad’aq yang disebut Al-Syatiri-Bunami, keturunannya hanya berada di Magad dan di Dhifar (Hadramaut).
- Alwi, keturunannya hanya berada di India
- Ibrahim, keturunannya hanya berada di Gasam; di Dhifar, di Magad (Hadramaut) dan di Jaman UtaraWaliyyullah Umar Fad’aq bin Abdullah Wathab berpulang ke Rahmatullah di Jami’ Gasam pada tahun 910 Hijriyyah.
- Disandang oleh Waliyyullah Fad’aq bin Muhammad bin Abdullah bin Mubarak bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar Gelar yang disandangnya, kemungkinan ayah Beliau menamakan anaknya dengan Fad’aq dengan pengharapan semoga anaknya dapat keberkatan dan meneladani Waliyyullah Umar Fad’aq pendahulunya. Beliau dilahirkan di: Baydlo’ (Hadramaut): Dikanuniai 5 orang anak laki-laki. 3 diantaranya yang melanjutkan keturunannya masing-masing yang bernama: Hasan, A’gil dan Abdullah. Keturunannya semuanya hanya disebut “Al-Fad’aq” saja, yang kebanyakan berada di Indonesia. Beliau pulang ke Rahmatullah di Baydlo’ pada tahun 1000 Hijnyyah
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !
Al-Ba Faqih
Al-Bafaqih disandang oleh 2 orang yaitu :
- Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad Maula Aydid, dan
- Waliyyullah Abdullah bin Muhammad Maula Aydid.
Soal gelar Bafaqih karena ayah para Beliau yaitu Waliyyullah Muhammad Maula Aydid dikenal masyarakat sebagai seorang ahli ilmu “Fiqih”.
- Waliyyullah Abdurrahman Bafaqih dilahirkan di kota Tarim dan dikaruniai 5 orang anak lelaki, 3 diantaranya melanjutkan keturunnannya yaitu: Ahmad, Zain dan Atthayib. Waliyyullah Abdurrahman Bafaqih pulang ke Rahmatullah di kota ..? pada tahun 884 Hijriyyah , sedangkan
- Waliyyullah Abdullah Bafaqih dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 3 orang anak lelaki. 2 diantararnya yang melanjutkan keturunannya, masing-masing bernama Husein dan Ahmad. Waliyyullah Abdullah Bafaqih pulang ke Rahmatullah selang beberapa tahun setelah wafatnya saudaranya Waliyyullah Abdurrahman Bafaqih dalam perjalanan dari kota Makkah Al-Mukarramah ke kota Madinah Al-Munawwarah yang dimakamkan disekitar antara kedua kota suci tersebut.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Bil Faqih
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Bil Faqih” adalah Waliyyullah Abdurrahman
bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Asgok bin Abdullah bin Ahmad bin Ali
bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al Faqih
Al-Muqaddam
So’al gelar yang disandangnya karena ayah Beliau adalah seorang
ulama besar yang menguasai ilmu-ilmu Agama Islam diantara ilmu yang
banyak dikuasainya adalah ilmu “Fiqih”, ilmu syariat agama Islam,
dengan sendirinya Beliau menjadi seorang ulama besar dan waliyyullah
pula mengikuti jejak ayahnya. Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad
Bil-Faqih dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai dua orang anak masing-masing Husein dan Ahmad yang keduanya menurunkan keturunannya.
Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad BilFaqih pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 966 Hijriyyah
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Ba Faraj
Yang pertama kali dijulukan (digelari) “Al-Bafaraj” adalah Waliyyullah Faraj bin Ahmad Al-Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Faqih.
So’al gelar yang disandangnya karena ayah Beliau memberi nama Faraj
(yang artinya Senang dan Berkat ) pada Beliau, dengan pengharapan
semoga Allah SWT akan menjadikan anaknya kelak seorang yang Shaleh
mendapat penuh kesenangan dan keberkatan. Dan kenyataannya Faraj bin
Ahmad Masrafah menjadi seorang Waliyyullah yang selalu berjuang Fi
Sabilillah.
Waliyyullah Faraj bin Ahmad Al-Masrafah dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama : Abubakar, Umar, Abdullah dan Alwi. Beliau-Beliau yang melanjutkan keturunan Al-Bafaraj terutama yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Faraj bin Ahmad Al-Masrafah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 876 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Abu Futhaim
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Abu Futhaim” adalah Waliyyullah Muhammad bin Abubakar bin Ahmad bin Ali bin Hasan bin Syaich Abi Bakar bin Salim.
So’al gelar yang disandangnya karena Beliau mempunyai seorang anak gadis yang dinamai Fatimah. Fatimah yang berasal dari kata Fatama atau Futhaim, maka orang-orang menjuluki Beliau
dengan ABU-FUTHAIM, yang artinya ayahnya si Fathimah. Seperti misalnya
seorang yang bernama Hasan mempunyai anak yang bernama Umar, maka ada
kalanya si Hasan dipanggil (dijuluki) dengan Abu Umar (abu artinya
Ayah).
Waliyyullah Muhammad Abu Futhaim dilahirkan di kota Tarim.
Dikaruniai 5 orang anak lelaki, 4 diantaranya yang melanjutkan
keturunan Beliau, masing-masing bernama Abdurrahman, Husein, Umar dan Alwi.
Waliyyullah Muhammad Abu-Futhaim pulang ke Rahmatullah di kota San’ah Yaman Utara. .
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama -para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Gadriy
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Qadri” adalah Waliyullah Muhammad
bin Salim bin Abdullah bin Muhammad Bin Salim bin Ahmad bin Abdurrahman
bin Ali bin Muhammad bin Hasan Al-Muallim bin Muhammad bin Hasan
Atturabi.
So’al gelar yang disandangnya karena Beliau dalam semua aspek
kehidupannya selalu menyerahkan dirinya (pasrah) pada Taqdir Allah,
terutama sewaktu ditimpa suatu Musibah (bencana). Hal tersebut
menunjukkan bahwa Beliau seorang yang beriman kuat sekali. Kata Taqdir
berasat dari bahasa Arab yang sinonimnya yaitu “Al-Qadar”. Waliyyullah
Muhammad Al-Qadri dilahirkan di Tarim Hadramaut. Dikaruniai 2 orang
anak lelaki yang melanjutkan keturunannya, masing-masing bernama :
- Abdullah, keturununnya hanya berada di Macha’ (Hadramaut)
- Husein, keturunannya kebanyakan berada di Indonesia; termasuk diantaranya Sultan Abdurrahman bin Waliyyulah Al-Habib Husein bin Ahmad Al-Qadri, Pendiri Kota Pontianak (Kalimantan). Beliau dikaruniai 6 anak. Wafat pada tahun 1231 Hijriyyah di Batu Layang Pontianak.
Waliyyullah Muhammad bin Salim Al-Qadri pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1079 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, pars Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Bal Ghoits
Yang pertama kali (digelari) “Al-Balghoits” adalah Ahmad bin Al Ghoits bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Umar Al-Hamra.
Soal gelar “Al-Baghoits” ada dua versi penyebabnya:
- Menyatakan bahwa : Datuk Beliau yaitu Ahmad bin Umar Al-Hamra menamakan Ayah Beliau dengan Al-Ghoits dengan pengharapan agar anaknya mendapat berkat dan hidayah serta kelak menjadi seorang Waliyyullah sebagaimana yang didapat oleh pendahulunya Waliyyullah yang tersohor “Abul – Ghoits”.
- Menyatakan bahwa : Sewaktu di daerah dimana Waliyyullah Ahmad Al-Balghoits bermukim yaitu di Lahij (Yaman) mengalami musim kemarau yang berkepanjangan; maka penduduk setempat memohon Waliyyullah Ahmad Balghoits agar supaya memanjatkan do’a kepada Allah agar supaya Allah SWT segera menurunkan hujan. Kemudian do’a Beliau dikabulkan dengan turunnya hujan. Hujan dalam bahasa Arabnya adalah “Al-Mathar” dan sinonimnya yaitu “Al-Ghoits”.
Beliau dilahirkan di kota Lahij. Dikaruniai seorang anak lelaki yang dinamai Alwi yang
melanjutkan keturunan Beliau, yang berada di Timur Tengah dan di
Indonesia (yang kebanyakan berada di Kalimantan). Beliau pulang ke
Rahmatullah di kota Lahij pada tahun 990 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Habsyi
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Habsyi ” adalah Waliyyullah Abi
Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi bin
Ali bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad
So’al gelar yang disandangnya, karena Beliau sering pergi ke kota
“Habasyah” di Afrika Beliau pernah tinggal disana selama 20 tahun.
Dengan maksud untuk menyebarkan Agama Islam disana.
Waliyyullah Abi Bakar bin Ali Al-Habsyi dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai seorang anak lelaki; yang dinamai Alwi.
Yang mana Alwi bin Abi Bakar Al-Habsyi tersebut dikarunisi 5 orang anak
lelaki, 3 diantaranya yang menurunkan keturunannya. Masing-masing ialah
:
- Husein bin Alwi, keturunannya berada di Habasyah (Afrika).
- Ati bin Alwi, keturunannya berada di kota Aden (Yaman) dan dikota Madinah Al-Munawwarah.
- Muhammad Al-Ashghor bin Alwi, ketunmannya sangat
banyak sekali dan berada dimana-mana termasuk yang berada di Indonesia.
Muhammad Al-Ashghor dikaruniai 2 orang anak lelaki,
- Abdurrahman, dikaruniai 3 orang anak klaki, keturunannya yang di Indonesia kebanyakan berada di Palembang, lambi, Siak, Aceh.
- Ahmad Shahib Syi’ib, dikaruniai 8 orang anak lelaki masing-masing :
- Al-Hasan, keturunannya disebut Al-Habsyi “Al-Rausyan”.
- Hadi, dari kedua anaknya yang bemama Idrus, keturunannya disebut Al-Habsyi “Al-Syabsyabah” dan anaknya yang bernama Abdurrahman adalah datuk Waliyyullah Al-Habib Ali Al-Habsyi Kwitang.
- Alwi, keturunannya disebut Al-Ahmad bin Zain dianurulya datuk waliyyullah Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsy, yang makamnya di Ampel Gubbah Surabaya.
- Husein, salah satu anak cucunya adalah Waliyyullah Al-Habib Alwi bin Ali bin Muhammad Al-Habsyi, makamnya berada dl Mesjid “Al-Riyad” di kota Solo (Surak arta)
- Idrus
- Hasyim
- Syaich
- Muhammad
Waliyyullah Abi Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 857 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Haddad
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-HADDAD” ialah Waliyyullah Ahmad
bin Abibakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin
Abdurrahman bin Alwi Ammil-Faqih bin Muhammad Shahib Marbad.
So’al gelar yang disandangnya, ada 2 versi penyebabnya :
- Versi Pertama: Karena Beliau sering ketempat “Pandai Besi” yang dalam bahasa Arab disebut “Al-Haddad”.
- Versi Kedua: Sering dikatakan orang “AlHaddadil-Qulub” artinya “Pandai-Kalbu”, Maksudnya karena Waliyyullah Ahmad bin Abibakar Al-Haddad bila berdakwah dalam menginsyafkan seseorang ke jalan yang benar dapat melemahkan kalbu (hati) seseorang itu sekalipun orang tersebut berkalbu (berhati) yang kerasnya bagaikan Besi. Waliyyullah Ahmad Al-Haddad tak ubahnya sebagai seorang “Pandai-Besi” yang dapat melunakkan besi yang keras sekali.
Waliyyulah Ahmad Al-Haddad dilahirkan dikota Tarim. Dikarunia hanya seorang anak lelaki yang dinamai Alwi. Diantara keturunannya generasi yang ke-31 adalah Waliyyullah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, yang tersohor dengan “Ratib-Al-Haddad”nya. Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersaudara dengan Waliyyullah Al-Habib Umar bin Alwi Al-Haddad. Kedua-duanya
tidak pernah datang ke Indonesia. Yang menurunkan keturunannya di
Indonesia adalah anak cucunya generasi ke-33. Keturunan Al-Habib
Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang berada di Indonesia kebanyakan berada
di Jawa-Timur Sedangkan keturunan Al-Habib Umar bin Alwi Al-Haddad yang
berada di Indonesia kebanyakan berada di Pasar-Minggu Jakarta (termasuk
diantaranya Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad ).
Waliyyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Al-Masrafah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim sekitar tahun 870 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Haddar
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Haddar ” adalah Waliyyullah Abdullah bin Ali bin Muhsein bin Husein bin Syaich Abubakar.
Soal gelar yang disandangnya karena sewaktu Beliau berdakwah
menyebarkan agama Islam dengan suara yang keras sekali (bagaikan suara
guntur). Suara semacam itu dalam bahasa Arab disebut pula “Haddar”.
Sejak itu Beliau digelari dengan “Al-Haddar”.
Beliau dilahirkan di Inat (Hadramaut). Dikanuniai 2 orang lelaki masing-masing dinamai Hafidz dan Umar,
keturunan Beliau-beliau yang berada di Indonesia hanya berada di Pulau
Jawa. Beliau pulang ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 1149
Hijriyyah.
Saudara Waliyyullah Abdullah bin Ali Al-Haddar yaitu Waliyyullah Hadi bin Ali Al-Naddar dikaruniai seorang anak lelaki yang dinamai Salim yang
keturunannya di Indonesia berada di Ternate (Sulawesi). Beliau pulang
ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 1149 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Hadi
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Hadi” adalah Waliyyullah Muhammad bin Abdurrahman Al-Qadi bin Ahmad Syahabuddin Al-Akbar bin Abdurrahman bin Syaich Ali bin Abubakar Assakran
So’al gelar yang disandangnya karena ayah Beliau ingin mendapatkan
“Hidayah” dan Keberkahan Rasulil-Hidayah Nabi Muhammad S.A.W untuk
puteranya yang bernama Muhammad tersebut. Yang kenyataannya Muhammad
bin Abdurrahman Al-Hadi menjadi seorang waliyyullah yang banyak
meneladani Suri Tauladan Nabi Besar Muhammad S.A.W sebagaimana para
waliyyullah yang lain.
Waliyyullah Muhammad Al-Hadi bin Abdurrahman Al-Qadi dilahirkan di
Tarim, dikaruniai 2 orang anak lelaki, satu diantaranya yang bernama Seggaf yang melanjutkan keturunan leluhur Al-Hadi, yang kebanyakan berada di Indonesia.
Adapula gelar Al-Hadi yang disandang oleh Waliyyullah Muhammad bin Ahmad Shahabuddin Al-Akbar, tetapi Beliau merupakan Leluhur Al-Bin Syahab Al-Hadi.
Waliyyullah Muhammad Al-Hadi bin Abdurrahman Al-Hadi pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1040 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
monghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Hamid Inat
Yang pertama kali mendapat julukan (gelar) “Alhamid” adalah Waliyyullah Hamid bin Syaich Abi Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullab bin Al Imam Abdurrahman Assegaf.
So’al gelar “Al-Hamid” yang disandangnya berdasarkan bahasa Arab
“Al-Hamid” yang berarti orang yang selalu suka berterima kasih (selalu
mensyukuri) atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Maka,
Waliyyullah Al Syaich Abi Bakar bin Salim memberi salah satu nama
anaknya dengan “Al-Hamid” dengan do’a pengharapan agar anaknya tersebut
menjadi orang yang selalu mensyukuri semua nikmat, yang diberikan oleh
Allah SWT, baik dalam keadaan suka maupun duka kenyataannya “Al-Hamid”
bin Syaich Abi Bakar menjadi seorang Waliyyullah yang bertawakkal
kepada Allah dan senang menolong orang dan suka memberikan apa yang
dimilikinya kepada orang yang membutuhkannya, hal tersebut dapat
terlaksana karena Beliau termasuk golongan orang-orang yang dijanjikan
oleh Allah SWT seperti dalam FirmanNya : Dalam Al Qur’anul Karim surat
Ibrahim ayat 7 “Bila Kalian mensyukuri NikmatKu, maka akan Kutambah lagi NikmatKu itu pada kalian.”
Waliyyullah Al-Hamid dilahirkan di kota Inat. Beliau dikaruniai 5 orang anak lelaki masing masing bernama :
- Muthahhar, yang menjadi keturunan Al-Hamid “Al-Aqil Muthahhar” dari anaknya yang bernama Aqil bin Muthahhar.
- Umar, yang menjadi keturunan A1Hamid “Al-Salim bin Umar”, dari anaknya yang bernama Salim bin Umar. Yang banyak menurunkan keturunan Al-Hamid terutama yang berada di Indonesia.
- Abdullah,
- Abubakar,
- Alwi, Masing-masing keturunannya kebanyakan berada di Hadramaut.
Waliyyullah “Al-Hamid” bin Al-Syaich AbiBakar pulang ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 1030 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Hiyyid
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Hiyyid” adalah waliyyullah Abdullah bin Abubakar bin Hasan bin Husein bin Al-Syeich Abi Bakar bin Salim.
So’al gelar yang disandangnya, belum ada fatwa kepastiannya. Ada
dugaan karena ada kemungkinan Beliau selalu mengikuti jejak yang sering
diamalkan oleh Leluhurnya yaitu sering ketempat yang sunyi. Semacam Gua
dilereng sebuah Gunung di pinggiran kota Inat Hadramaut sebagai tempat
bercholwah (untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT).
Waliyyullah Abdullah bin Abubakar Al-Hiyyid dilahirkan di Inat, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Abubakar, yang meneruskan keturunan “Al-Hiyyid” terutama yang kebanyakan di Indonesia.
Waliyyullah Abdullah Al-Hiyyid pulang ke Rahmatullah di kota Inat sekitar tahun 1169 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Ba Nahsan
Yang pertama kali digelari “Al-Banahsan” adalah Waliyyullah Ali bin Umar bin Hasan bin Al-Syaich AIi bin Abu Bakar Assakran.
Waliyyullah Ali Banahsan dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak lelaki masing-masing bernama: Hasan dan Muhammad, keturunannya berada di Hadramaut sedangkan Umar dan Abubakar keturunannya berada di Indonesia.
Waliyyullah Ali bin Umar Banahsan pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1037 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, Para Auliya dan
para Sholihin. Amin..
Al-Bahsin
Yang pertama kali digelari “Al-Bahsein” adalah Waliyullah Husein bin Al-Imam Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah. Waliyyullah Husein dilahirkan di kota Tarim dikaruniai 3 orang anak lelaki. Masing-masing bernama :
1. Abdurrahman, yang menurunkan keturunan Leluhur Al-Bahsein dan Al-Musawa.
2. Ahmad, yang menurunkanan keturunan Leluhur Ahmad bin Husein Al-Karbiy.
3. Ali Makki, yang menurunkan keturunan Leluhur Muhammad Az-Zaitun.
Waliyyullah Husein Al-Bahsein pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 892 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin..
Al-Hinduan
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Hinduan ” adalah Waliyyullah Umar bin Ahmad bin Hasan bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. So’al
gelar yang disandangnya, karena Badan dan Iman Beliau sungguh sangat
kuat sekali bagaikan pedang yang tajam terbuat dari besi baja berasal
dari India. Pedang yang terbuat dari besi baja buatan India itu dalam
bahasa Arab disebut “Hinduan”
Waliyyullah Umar Al-Hinduan dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai seorang anak lelaki yang dinamai Abdullah, yang melanjutkan keturunannya terutama yang kebanyakan yang berada di Indonesia.
Waliyyullah Umar Al-Hinduan pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 917 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-BaHarun
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-BAHARUN” adalah Waliyyullah Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan Al-Mu’atlim bin Muhammad Assadillah bin Hasan Atturabi
So’al gelar yang disandangnya karena ayah Beliau memberi nama dengan
Harun dengan pengharapan agar supaya anaknya kelak mempunyai
sifat-sifat dan kebesaran seperti Nabiyullah Harun. Yang kenyataannya Harun bin Hasan menjadi seorang waliyyullah yang besar pula.
Waliyyullah Harun bin Hasan dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama : Ali, Ahmad, Abdurrahman dan Abdullah Asshaleh, yang kesemuanya menurunkan keturunannya yang kebanyakan di Indonesia.
Waliyyulaah Harun bin Hasan pulang ke Rahmatuliah di Tarim pada 905 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Kaf
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Kaf” adalah Waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Djufri.
So’al gelar yang disandangnya ada 2 versi penyebabnya.
- Versi pertama mengatakan bahwa terjadi pertengkaran antara Waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seorang yang mengaku dirinya seorang jagoan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, tetapi bisa ditaklukan oleh waliyullah Ahmad bin Muhammad. Dengan kekuatannya tadi maka Beliau oleh masyarakat setempat dijuluki “AlKaf” seperti diketahui kekuatan seseorang itu dalam bahasa Hadramaut disebut “Kaf”.
- Versi kedua mengatakan bahwa adanya suatu perkara perkelahian Waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seseorang dan dimajukan di Pengadilan, Hakim meminta supaya kedua belah fihak mengisi formulir dengan tanpa menyebutkan namanya masing-masing tetapi diperintahkan untuk menyebutkan sebuah kode. Salah satu huruf abjad Arab dalam huruf tadi, maka waliyullah Ahmad bin Muhammad menulis huruf abjad “Kaf”. Setelah hakim menanyakan siapa yang menulis huruf “Kaf” maka waliyullah menjawab : ‘saya yang menulisnya’. Sejak itu Beliau dijuluki masyarakat setempat dengan “AlKaf”
Waliyullah Ahmad bin Muhammad Al-Kaf dilahirkan di kota Tarim.
Dikaruniai 2 orang anak lelaki yang menurunkan keturunannya,
masing-masing bernama Abubakar dan Muhammad.
Waliyullah Ahmad Al-Kaf pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 911 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Muhdar
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Muhdhar” adalah Waliyyullah Umar bin Syaich Abi Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Al Imam Abdurrahman Assegaf.
So’al gelar “Al-Muhdhar” yang disandang, karena ayah Beliau setelah menamainya dengan Umar maka dijuluki pula “Muhdhar” jadi “Umar Al Muhdhar”. Dengan maksud agar supaya mendapatkan keberkatan dan meniru Leluhur Besar-nya yaitu Waliyyullah Umar Al-Muhdhar bin Al-Imam Abdurrahman Assegaf. Dimana apa yang telah dicita-citakan ayah Beliau menjadi kenyataan,
waliyyullah Umar Al-Muhdhar bin Syaich Abi Bakar bin Salim akhirnya
menjadi seorang waliyyullah yang berpredikat seperti leluhurnya
waliyyullah Umar Al-Muhdhar bin Abdurrahman Asseggaf.
Waliyyullah Umar Al Muhdhar dilahirkan di kota Inat. Dikaruniai 2 orang anak lelaki masing-masing bernama Ali dan Abubakar, mereka yang menurunkan keturunan Al-Muhdhar.
Keturunan Al-Muhdhar selain disebut “Al-Muhdhar” biasa disebut pula dengan “Al-Mahadir”.
Selain golongan “Al-Muhdhar” dari anak cucu Umar Al-Muhdhar, ada pula golongan Alawiyyin yang dijuluki “Al-Bin Muhdhar”, tetapi mereka dari keturunan anak cucu leluhur “Al-Habsyi”.
Waliyyullah Umar Al-Muhdhar pulang ke Rahmatullah di kota Inat pada tahun 997 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Mahjub
Yang dijuluki (digelari) “Al-Mahjub” ada dua Waliyullah, masing-masing ialah :
- Waliyullah Abdullah bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaich bin Ali bin Syaich bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. Waliyyullah Abdullah Al-Mahjub dilahirkan di Makho’ (Hadramaut). Dikaruniai 3 orang anak lelaki. Satu diantaranya yaitu yang bernama Ahmad yang menurunkan keturunan Al-Mahjub, tetapi hanya berada di Hadramaut saja Waliyullah Abdullah bin Abdurrahman Al-Mahjub pulang ke Rahmatullah di Makho’ pada tahun 1047 Hijriyyah.
- Waliyullah Ali Al-Sholeh Al-Mahjub bin AbiBakar bin Sholeh bin Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Syaich bin Abdullah bin Al-Imam Abdurrahman Asseggaf. Waliyyullah Ali Al-Sholeh Al-Mahjub dilahirkan di Tarim. Dikaruniai seorang anak lelaki, yang bernama Abdullah, yang menurunkan keturunan Al-Mahjub yang berada di Indonesia terutama kebanyakan di Banjarmasin (Kalimantan). Waliyullah Ali Al-Sholeh Al-Mahjub pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1151 Hijriyyah
So’al gelar “Al-Mahjub” menurut bahasa Arab yang berasal dari kata . “Hijab” yang berarti “Penutup”
(mengasingkan diri/beruzlah) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
untuk memohon petunjuk untuk mengatasi situasi kebobrokan zaman.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin..!.
Al-Masyhur
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Masyhur” adalah Waliyyullah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Syahabbuddin Al-Ashghor.
So’al gelar “Al-Masyhur” yang disandangnya, belum ada kepastiannya.
Sebagaimana diketahui menurut bahasa Arab “Masyhur” berarti “Tersohor”
atau “terkenal”. Maka terkenal/tersohor dibidang apakah gerangan
Waliyyullah Muhammad b. Ahmad Al-Masyhur tersebut, Wallahu A’lamu Bissawab.
Waliyyullah Muhammad bin Ahmad Al-Masyhur dilahirkan di kota Tarim,
dikaruniai 3 orang lelaki yang melanjutkan keturunan Beliau,
masing-masing bernama :
- Abdurrahman, keturunannya hanya berada di Malibar.
- Alwi, leluhur Al-Masyhur yang keturunannya ada di Indonesia berada di kota Surabaya.
- Abdullah, dikaruniai 4 orang lelaki, 2 diantaranya yang berketurunan, masing-masing bernama :
- Umar, leluhur Al-Masyhur yang ada di Tarim (Hadramaut) salah satu anak cucunya yaitu Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Al-Masyhur, penulis kitab ”Syamsuddahirah”. Kitab tentang susunan Silsilah Nasab Alawiyyin, yang merupakan salah satu pedoman bagi Kantor Pusat Pencatatan Nasab Arrabithah Alawiyyin di Indonesia, yang sekaligus merupakan Nara Sumber yang terpenting dalam penyusunan Monogram Silsilah Nasab Alawiyyin beserta Buku Petunjuknya. Umar bin Abdullah bin Muhammad Al-Masyhur keturunannya selain berada di Hadramaut, berada pula di Malaysia dan di Indonesia (Jawa).
- Ahmad, satu-satunya anak lelakinya bernama Muhammad Al Zahir, Lehuhur qabilah “Al-Zahir”
Waliyyullah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin Al-Ash’ghor pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1130 H.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para ‘syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Marzaq
Yang pertama-tama mendapat julukan (gelar) “Marzaq” ialah Waliyullah Syaich bin Ahmad bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar.
Waliyullah Syaich bin Ahmad Marzaq dilahirkan di kota Syiban. Beliau adalah leluhur dari:
1. leluhur “Al-Marzaq”, dari anak cucunya yang bernama Syaich.
2. leluhur “Al-Masyhur Marzaq”, dari anak cucunya yang bernama Muhammad.
Untuk lebih jelasnya Silsilah nasabnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Al-Mugebel
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-MUGEBEL” adalah Waliyyullah Ahmad bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.
So’al gelar yang disandangnya belum ada kepastian penyebabnya. Hanya bila dihubungkan dengan arti kata “Mugebel”
yang dalam bahasa Arab berasal dari kata “Mugebel” yang kata kerjanya
“Agbala” dan kata kerjanya “Al-Iqbal” yang artinya selalu lebih
terampil, selalu mau menerima, maka ada kemungkinan Waliyyullah Ahmad
Al-Mugebel adalah seorang rendah hati suka menerima apapun yang
dimohonkan kepadanya serta lebih terampil dalam segala aspek
penghidupan.
Waliyyullah Ahmad Al-Mugebel dilahirkan di Tarim (Hadramaut), dikaruniai 5 orang anak lelaki, 2 diantaranya yang bernama Abdurrahman dan Zain yang meneruskan keturunannya, terutama yang kebanyakan berada di Indonesia.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Musyayyach
Yang pertama kali digelari (dijuluki) “Al-Musyayyach” adalah Waliyyullah Al-Musyayyach bin Abdullah bin Al-Syaich Ali bin Abi Bakar Assakran
Waliyyullah Al-Musyayyach dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 2 orang anak lelaki masing-masing bernama Abdullah yang keturunannya berada di India dan Abdurrahman yang keturunannya, kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Al-Musyayyach pulang ke Rahmatullah di kota Tarim , pada tahun 915 Hijriyyah.
Semoga Allah’ SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Musawa
Julukan (gelar) Al-Musawa disandang oleh dua Waliyyullah, masing-masing adalah :
- Waliyyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Assakran bin Abdurrahman Aseggaf. Beliau dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 3 orang anak lelaki, dua diantaranya yang bernama : Yasin dan Husein yang menurunkan keturunannya yang kebanyakan berada di Indonesia. Waliyyulah Ahmad Al-Musawa bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Assakran pulang ke Rahmatullah di Tarim pada tahun 992 Hijriyyah
- Waliyyullah Ahmad Al-Musawa Bahsin bin Abdurrahman bin Husein bin Syaich Abdurrahman Assegaf . Beliau dilahirkan di Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki, 2 diantaranya yang bernama :
- Husein, keturunannya hanya berada di lahij (Yaman) dan
- Abdullah, keturunannya di Indonesia hanya berada di kota Semarang.
Waliyyullah Ahmad Al-Musawa Bahsin pulang ke Rahmatullah di Tarim pada tahun 965 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Munawwar
Yang Pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Munawwar” adalah Waliyyullah Aqil bin Alwi bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Abdullah bin Abubakar bin Alwi bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Asseggaf.
So’al gelar yang disandangnya disebabkan kehebatan (kuatnya) Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT maka Beliau dikarunia “Nur” yang artinya “Cahaya”. Dan orang yang dikarunia Cahaya oleh Allah SWT disebut “Al-Munawwar”.
Waliyyullah Aqil bin Alwi Al-Munawwar dilahirkan di kota Seiwun
(Hadramaut). Dikaruniai 3 orang anak lelaki, 2 diantaranya yang bernama
Abdurrahman dan Abdullah yang menurunkan keturunan Beliau yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Aqil Al-Munawwar pulang ke Rahmatullah dikota Seiwun sekitar tahun 1170 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Madihij
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Madihij” adalah Waliyyullah Abdullah bin `Aqil bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wadhab bin Muhammad Al-Manfar.
So’al gelar yang disandang Beliau, ada kemungkinan karena Beliau
bermukim di suatu tempat yang disebut “Madihij”. Waliyyuilah Abdullah
bin Aqil Al-Madihij dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak
laki-laki, hanya 1 diantaranya yang menurunkan keturunannya yaitu yang
bernama `Aqil bin Abdullah bin ‘Aqil.
Waliyyullah Abdullah Al-Madihij pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 970 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memssukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Muthahhar
Yang pertama kali dijuluki “Al-Muthahhar” adalah Waliyyullah Muthahhar bin Abdullah bin Alwi bin Mubarak bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar
Waliyyullah Al-Habib Muthahhar dilahirkan di kota Gasam. Dikaruniai
2 orang anak lelaki. Satu diantaranya yang menurunkan keturunannya
yaitu : Abdullah.
Waliyyullah Al-Habib Muthahhar pulang ke Rahmatullah di kota Gasam pada tahun 1117 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Nadzir
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Nadzir ” adalah Waliyyullah Muhammad bin Abdullah bin Umar Ahmaril’Uyun bin Abdurrahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Faqih.
So’al gelar yang disandangnya karena Beliau adalah seorang yang
bagus dan gagah perkasa, yang dalam bahasa Arab disebut dengan
“Al-Nadzir”.
Waliyyullah Muhammad Al-Nadzir dilahirkan di kota Micha’ (Hadramaut). Dikaruniai 5 orang anak lelaki, masing-masing bernama: Ali, Barakat, Abubakar, Ahmad dan Umar,
yang kelima-limanya menurunkan keturunan Beliau yang hanya berada
Sawahil (Hadramaut) , di Tanzania (Afrika) dan di Surat (India).
Seorangpun tidak ada di Indonesia.
Waliyyullah Muhammad Al-Nadzir pulang ke Rahmatullah di kota Micha’ pada tahun 980 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Abu Numay
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Abu Numaiy” adalah Waliyyullah Abu Numaiy bin Abdullah bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar.
So’al gelar yang disandangnya karena Beliau adalah satu-satunya anak
yang bungsu; maka dijuluki “numaiy” Numaiy artinya Anak Bungsu.
Waliyyullah Abu Numaiy dilahirkan di kota Masy-Gash (Hadramaut).
Dikaruniai 3 orang anak lelaki, yang masing-masing bernama: Abdullah, Aqil dan Muhammad. Beliau-beliau yang kemudian menurunkan keturunan Al-Abu Numaiy, termasuk yang berada di Indonesia.
Waliyyullah Abu Numaiy pulang ke Rahmatullah di Masy-Gash pada tahun 1020 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Rachilah
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Rachilah” adalah Waliyullah Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
So’al gelar yang disandangnya, menurut bahasa Arab di Hadramaut “Al-Rachilah” berarti anak kambing yang masih kecil.
Waliyullah Muhammad bin Umar termasuk seorang faqir yang tidak punya
apa-apa kecuali seekor anak kambing yang masih kecil, yang rencananya
anak kambing tersebut akan dibesarkan supaya menjadi banyak. Walaupun
Beliau seorang yang faqir, beliau suka menerima tamu. Sekali waktu
Beliau kedatangan rombongan tamu; dan untuk menjamu tamu-tamunya itu
beliau terpaksa memotong anak kambingnya itu. Kemudian setelah beliau
teringat akan rencananya semula maka beliau sangat sedih sekali.
Kemudian Beliau memohon kepada Allah S.W.T agar supaya mengganti anak
kambing yang dipotongnya tadi. Kemudian Allah S.W.T mengabulkan
permohonannya dengan mengganti anak kambing yang dipotongnya tadi; hal
mana terjadi karena kekeramatannya (kewaliannya).
Waliyullah Muhammad Al-Rachilah dikaruniai 5 orang anak lelaki. Satu
diantarnya yang menurunkan keturunannya yaitu yang bernama Salim, biasa
disebut dengan Al-Rachilah Ba’Umar melalui anaknya yang bernama Umar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan Silsilah nasabnya sebagai berikut :
Al-Ba Ragbah
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Baraqbah” adalah Waliyyullah Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
So’al gelar yang disandangnya belum ada kepastiannya. Seperti
diketahui kata “Baragbah” berasal dari kata “Ragbah” yang dalam bahasa
Arab berarti Pundak. Jadi bila seseorang misalnya mernpunyai pundak
yang kuat maka dijuluki “Baragbah” atau si pundak yang kuat. Apakah
kata “Baragbah” yang dimaksud ada hubungannya dengan gelar yang
disandang oleh waliyyullah Umar bin Ahmad Ba-Ragbah tersebut ? ataukah
ada hubungannya dengan suatu tempat didekat kota Tarim Hadramaut yang
banyak ditumbuhi pohon Kurma dimana terdapat banyak sumur-sumur yang
oleh penduduk setempat tempat tersebut dinamakan “Baragbah”. Adakah
hubungannya tempat tersebut dengan waliyyullah Umar Baragbah ? Wallahu
Alamu Bissawab !
Waliyyullah Umar Baragbah dilahirkan di Tarim dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Abdurrahman, yang merupakan leluhur Al-Baragbah dimana keturunannya kebanyakan di Indonesia.
Waliyyullah Umar Baragbah pulang ke Rahmatullah pada tahun 895 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Assegaf
Yang pertama kali di juluki (digelari) “Asseggaf” ialah Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
So’al gelar (julukan) “Asseggaf” yang disandangnya itu karena
Waliyullah Abdurrahman Asseggaf diketahui sebagai Pengayom para Wali
pada zamannya. Diibaratkan sebagai Atap (piyan) bangunan yang dalam
bahasa Arab disebut “Sagfun”. Beliau sendiri sebenarnya berusaha
menutupi kebesaran Martabatnya itu (karena tawaddu’nya), namun para
Wali di zaman itu memproklamasikan beliau sebagai Pemimpin dan
Pembimbing para Wali.
Beliau dilahirkan dikota Tarim Hadramaut (Yaman Timur-Tengah).
Dikaruniai 13 anak lelaki dan 7 anak perempuan. dari ke 13 anak
lelakinya tersebut hanya 7 orang yang melanjutkan keturunannya.
Masing-masing adalah :
- Abubakar Assakran,
- Alwi,
- Ali,
- A’QiI,
- Abdullah,
- Husein,
- Ibrahim.
Waliyyullah Abdurrahman Asseggaf bin Muhammad Mauladdawilah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 819 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada” para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Asseriy
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Assey” adalah Waliyullah Ali bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Hasan bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
Waliyyullah Ali Assery dilahirkan di kota Tarim. Dikantniai 3 orang anak lelaki masing-masing : Ahmad, ‘Aqil, dan Umar. Beliau-beliau yang menurunkan keturunan Al-Assery terutama yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Ali Assery pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1053 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan’ Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Bin Semith
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Bin Semith ” adalah Waliyyullah Muhammad bin Ali bin Abdurrahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Fagih Muqaddam.
So’al gelar yang disandangnya ; karena dimasa kecilnya sewaktu
diajak ibunya bepergian maka penutup lehernya (semacam Shall) yang
dalam bahasa Arab biasa disebut ” Semith ” jatuh. Dan dimana tempat
jatuhnya penutup leher tersebut banyak orang-orang terutama orang-orang
lelaki, maka ibunya segan untuk mengambilnya, lalu buru-buru langsung
pergi. Sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut mengira
bahwa sang ibu tidak tahu kalau pakaian anaknya tadi jatuh, sehingga
mereka meneriakkan Semith ! Semith ! berkali-kali. Sesampainya dirumah
kejadian tadi diceritakan pada keluarganya yang lain. Maka sejak itu
anak kecil yang mungil yang bernama Muhammad tadi dering dijuluki ”
Semith “
Waliyyullah Muhammad Bin Semith dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai
seorang anak lelaki yang dinamai Abdullah, yang menurunkan
keturunannya di kota Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (semuanya di
Hadramaut) dan di Zanzibar serta di Indonesia (Kalimantan, Manado,
Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, Surabaya, Semarang, Pekalongan ).
Waliyyullah Muhammad Bin Semith pulang ke Rahmatullah dikota Tarim sekitar tahun 950 Hijriyah
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
Para Sholihin. Amin !.
Al-Bin Sahil
Yang pertama kali dijuluki (digelari) dengan “ Bin Sahil ” adalah Waliyyullah Sahil bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Jamallulail bin Nasan bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
Waliyyullah Sahil bin Ahmad dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3
orang anak lelaki, 2 diantaranya yang menurunkan keturunannya
masing-masing adalah Alwi dan Ahmad.
Waliyyullah Sahil bin Ahmad bin Sahil pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun ± 973 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Ba Surroh
Yang pertama kali digelari “Al-Ba-Surroh” ialah waliyyullah Abdurrahman bin Ahmad bin Hasan At-Thawil.
So’al gelar yang disandangnya, karena beliau mempunyai sebuah
Bingkisan yang besar yang sangat dijaganya dan selalu dibawanya
kemanapun beliau pergi. Sehingga semua orang mengira bahwa Bingkisan
tersebut berisi barang-barang yang sangat berharga sekali (seperti emas
berlian). Namun setelah beliau. wafat dan Bingkisannya dibuka ternyata
isinya tiada lain hanyalah Kitab-Kitab agama yang selalu dibacanya
selama hidupnya.
Waliyyullah Abdurrahman Ba-Surroh dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai seorang anak lelaki, bernama Muhammad yang menurunkan keturunannya yang berada di Habasyah di Afrika, dan di Indonesia.
Waliyyullah Abdurrahman Ba-Surroh pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 888 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Shalabiyyah
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-SHALABIYYAH” adalah Waliyullah Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Syaich bin Abdullah Al-Aydrus bin Abi Bakar Assakran
So’al gelar “ASHALABIYYAH” yang disandangnya karena berkaitan atas Ibu Beliau adalah Fathimah Assolabiyyah. Assalabiyyah berasal dari kata “As-Sholabah” yang dalam bahasa Arab berarti “Berpendirian yang sangat kuat sekali”.
Waliyyullah Ahmad Al-Shalabiyyah dilahirkan di kota Tarim
(Hadramaut) pada 970 Hijriyyah. Dikaruniai 7 orang anak lelaki.
Masing-masing bernama: Abubakar dan Abdullah (keturunannya hanya berada di India), sedangkan Ali, Muhammad, Abdurrahman, Syaich dan Husein (keturunannya kebanyakan di Indonesia).
Waliyyullah Ahmad Al-Shalabiyyah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1028 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT mernasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Shafi
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Shafi ” adalah Waliyyullah Syaichan bin Umar bin Syaichan bin Alwi bin Abdullah Attarasi bin Alwi Al-Chowas bin Abubakar Al-Djufri.
So’al gelar “Al-Shafi” ada dua versi penyebabnya :
- Karena ayah Beliau menamainya dengan “Assafi” dengan pengharapan agar supaya anak tersebut menjadi seorang yang berhati suci.(Dalam bahasa Arab disebut Safail-Galbu).
- Juga karena ayah Beliau menyontoh nama Leluhur mereka yang memakai nama Ashsofi. Yang termasuk orang-orang Waliyyullah. Dimana akhirnya menjadi kenyataan bahwa Syaichan Ashafi manjadi seorang Waliyyullah.
Waliyyullah Syaichan Al-Shafi dilahirkan di kota Makkah
Al-Mukarramah . Dikaruniai 3 orang anak lelaki , 2 diantaranya yang
melanjutkan keturunan Beliau, yaitu yang dinamai Umar dan Abdullah.
Waliyyullah Syaichan Ashsofi pulang ke Rahmatullah di kota Makkah AL-Mukarramah pada tahun 1089 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Bin Syahab
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Bin Syahab” adalah Waliyyullah Syihabuddin bin Abdurrahman bin Ali bin Abibakar Assakran bin Abdurrahman Asseggaf. Beliau lebih tersohor dengan gelar “Ahmad Syahabuddin Al- Akbar “.
So’al gelar yang disandangnya belum ada fatwa kepastiannya ; hanya
ada dugaan kemungkinan karena hal berikut: Bahwa akhir zaman kerajaan
Abbasiyyah dan permulaan zaman kerajaan Utsmaniyyah, sedang
musim-musimnya istilah penambahan didepah nama seseorang dengan sesuatu
gelar sebagai cara untuk pemujian (pemujaan) yang sangat
berlebih-lebihan, gelar yang dimaksud misalnya seseorang yang bernama :
Muhammad – digelari Syamsuddin; Abdullah – digelari
Afifuddin; Ahmad – digelari Syahabuddin; AbdulQadir- digelari
Muhyiddin; Ali – digelari Nuruddin; Abdurrahman – digelari Wajihuddin
dan lain sebagainya.
Maka kemungkinan karena Ahmad Al-Akbar bin Abdurrahman bin Ali bin
Abibakar Assakran adalah seorang Waliyyullah yang sangat tersohor pada
zaman itu maka Beliau digelari “Ahmad Syahabuddin Al-Akbar”. Begitu pula terhadap gelar yang disandang oleh cucu Beliau yang kebetulan pula bernama Waliyyullah Ahmad digelari juga dengan “Ahmad Al-Syahabuddin Al-Ash’ghor”,
yang merupakan Leluhur seluruh Al-Bin Syahab terutama yang kebanyakan
berada di Indonesia, kecuali golongan Al-Bin Syahab Al-Hadi , seperti
yang akan dijelaskan dibawah ini. Wallahu A’lamu Bissawab..!
Waliyyullah Syahabuddin Al-Akbar dilahirkan di kota Tarim
(Hadramaut). Dikaruniai 3 orang anak lelaki yang melanjutkan
keturunannya, masing-masing adalah :
- Muhammad Al-Hadi , menurunkan keturunan Al-Bin Syahab Al-Hadimelalui kedua cucunya yang bemama :
- Ali bin Idrus bin Muhammad Al-Hadi, keturunannya hanya berada di Palembang, Jakarta dan di Pekalongan.
- Syihabuddin bin Idrus bin Muhammad Al-Hadi, keturunannya hanya berada di Malaysia dan di Singapura.
- Umar, diantara – keturunannya disebut Al-Syahab Al-Mahjub. (di Indonesia berada di Palembang )
- Abdurrahman Al-Qadi bin Syahabuddin Al-Akbar, dikarunia 2 orang anak lelaki, masing-masing bernama :
- Muhammad Hadi bin Abdurrahman Al-Qadi, keturunannya disebut “Al-Hadi”.
- Syahabuddin bin Abdurrahman Al-Qadi, yang lebih tershohor dengan nama Ahmad Syahabuddin Al-Ash’ghor, anak cucunya menurunkan keturunan Al-Bin Syahab yang terbanyak sekali di Indonesia, diantaranya yang disebut dengan Al-Bin Syahab, Al-Bin Husein, Al-Bin Idrus, Al-Bin Zain. Waliyyullah Ahmad Syahabuddin Al-Ash’ghor (yang pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1036) selain anak-cucunya mcnurunkan Leluhur Al-Bin Syahab seperti termaktub diatas, Juga menurunkan keturunan Leluhur “Al-Masyhur ” dan Leluhur “Al-Zahir”.
Waliyyullah Ahmad Syahabuddin Al-Akbar pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 946 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Syathiry
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Asysyatri” adalah Waliyullah Alwi bin Ali bin Ahmad Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
So’al gelar yang disandangnya, karena Beliau selalu membagi dua
semua harta benda, yang setengah bagian diberikan untuk saudara
kandungnya yaitu Waliyyullah Abubakar bin Ali Al-Habsyi dan
sisanya untuk dirinya sendiri. Hal tersebut dilakukan mungkin karena
sangat sayangnya pada saudaranya (sebagai toleransi persaudaraan).
Seperti diketahui dalam bahasa Arab “Asysyatri” berasal dari kata
Syathara, artinya membagi dua.
Waliyyullah Alwi Asysyatri dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 5
orang anak lelaki, 2 diantaranya yang menurunkan keturunannya yaitu : Muhammad dan Umar.
Waliyyullah Alwi Asysyatri pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 843 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin..!.
Al-Basyeban
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Basyeban” adalah Waliyullah Abubakar bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi.
Waliyyullah Abubakar Basyeban dilahirkan di kota Tarim dikaruniai 2
orang anak lelaki, satu diantaranya yang menunmkan keturunannya yaitu :
Ahmad Basyeban.
Waliyyullah Abubakar Basyeban pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 807 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Syaich Abi Bakar
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Syaich Abi Bakar” adalah Waliyyullah Abi Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Al-lman Abdurrahman Assegaf.
Soal gelar yang disandangnya “Syaich” Abi Bakar Bin Salim, berdasarkan bahasr Arab arti “Syaich” ada dua pengertian :
Pertama : “Syaich” berarti “Lanjut Usia”,
Kedua : “Syaich” berarti “Maha-Guru” atau Professor.
Maka waliyyullah Syaich Abi Bakar bin Salim adalah termasuk kategori
“Syaich” yang berarti seorang “Maha-Guru”. Beliau adalah seorang Maha
Guru (Professor) dalam segala bidang ilmu agama. Beliau adalah seorang
Sufi dan seorang waliyyullah yang berpredikat “Al-Quthub”.
Waliyyullah Syaich Abi Bakar bin Salim dilahirkan di kota Tarim pada
tahun 919 Hijriyyah. Dikaruniai 9 anak lelaki, yang kesemuanya
disamping menurunkan keturunan Leluhur Al-Syaich Abi Bakar menurunkan
keturunan Al-Syaich AbuBakar yang dijuluki (digelari) : “Al-Hamid” (lihat Biografi Al-Hamid), “Al-Muhdar” (lihat Biografi Al-Muhdar), “Al-Haddar” (lihat Biografi Al-Haddar), “Al-Hiyyid” (lihat Biografi Al-Hiyyid), “Al-Bin Jindan” (lihat Biografi Al-Bin Djindan), “Al-Abu Futhaim” (lihat Biografi Al-Abu Futhaim), “Al-Chumur” (lihat Biografi Al-Chumur), “Al-Bin Hafidz” (lihat Biografi Al-Bin Hafidz)
Waliyyullah Syaich Abi Bakar bin Salim pulang ke Rahmatullah di kota
Inat (Hadratnaut) pada akhir bulan Zulhijjah tahun 992 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT.memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Basymeleh
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Basymeleh” adalah Waliyullah Abi Bakar bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaff bin Muhammad Mauladawilah.
Soal gelar yang disandangnya, karena sewaktu Beliau hendak
menunaikan lbadah Haji, Beliau karena suatu hal maka agak terlambat ke
pelabuhan hingga kapal yang akan memberangkatkan jama’ah sudah
berangkat. Dengan penyesalan yang luar biasa, atas pertolongan
(kekeramatannya) dari Allah SWT, maka Beliau menggelar “Syamilahnya”
yaitu kain yang biasa disebut “Radi” atau “Surban” di permukaan laut,
kemudian Beliau duduk di atasnya dimana dengan izin Allah SWT
Syamilah/Surban tersebut segera meluncur dengan cepat sampai ke
tanah suci dan Beliau dapat ibadah haji. Kejadian tersebut
disaksikan oleh banyak masyarakat, karenanya Beliau digelari dengan
“Basymeleh”.
Waliyyullah Abi Bakar Basymeleh dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai dua orang anak masing-masing: Ahmad, dan Abdullah, tetapi keturunan-keturunannya hanya berada di Habasyah (Afrika).
Beliau pulang ke Rahmatullah di Tarim pada tahun 843 H.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Bin Thahir
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Bin Thahir” adalah Waliyullah Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Al-Babathinah.
So’al gelar “Al-Thahir” yang disandangnya, belum ada kepastiannya.
Ada kemungkinan bahwa ayah Beliau memberi nama dengan “Thahir” yang
berarti “Suci” dengan do’a pengharapan semoga kelak anaknya menjadi
seorang yang suci (lahir dan bathinnya) sebagaimana yang dikehendaki
oleh Allah SWT agar hambaNya menjadi orang-orang yang suka bertaubat
dan mensucikan diri, sesuai dengan FirmanNya dalam kitab Suci Al-Qur’an
dalam surat Al-Baqarah ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang suka bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri“ .
Do’a pengharapan ayah beliau dikabulkan oleh Allah SWT, karena
terbukti sewaktu Al Habib Thahir bin Muhammad Bin Thahir pada saat
dilahirkan sudah dalam keadaan tali pusarnya terpotong dan sudah dalam
keadaan dikhitan (di Sunat). Dan sewaktu dewasa menjadi seorang
waliyullah yang selalu suka bertaubat dan selalu suka mensucikan
dirinya baik lahir maupun bathinnya.
Waliyullah Thahir bin Muhammad dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai
5 orang anak lelaki, hanya seorang anak lelakinya yang bernama Husein yang banyak sekali menurunkan keturunannya, terutama yang berada di Indonesia.
Waliyyullah Thahir bin Muhammad pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 1163 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama’sama Para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Shalihin. Amin !.
Al-Bin Yahya
Yang pertama kali dijuluki (digelari) ” Al-Bin Yahya ” adalah Waliyullah Yahya bin Hasan bin Ali Al-An’naz bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.
So’al gelar atau nama Yahya yang disandangnya, karena atas pemberian
dari ayah Beliau. Yang dengan maksud agar supaya mendapat keberkahan
dari Nabi Yahya (`alaihissalam ). Dengan pengharapan semoga Allah SWT
selalu menjadikan Beliau kelak seorang Waliyyullah yang dapat menerangi
kalbu (hati) yang gersang dengan sinar keimanan. Dimana kemudian
menjadi suatu kenyataan bahwa Waliyyullah Yahya bin Hasan menjadi
seorang Wali sebagaimana pengharapan ayah Beliau tersebut.
Waliyyullah Yahya bin Hasan dilahirkan di kota Tarim (Hadramaut).
Dikaruniai 3 orang anak lelaki, dari ketiga anaknya itu hanya 2 orang
yang dapat melanjutkan keturunan Beliau, yaitu masing-masing yang
dinamai Hasan dan Ahmad, dimana keturunan mereka selain berada di Timur Tengah kebanyakan juga berada di Indonesia.
Waliyyullah Yahya bin Hasan Bin Yahya pulang ke Rahmatullah di kota Tarim tahun 956 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Al-Zahir
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Zahir” adalah Waliyullah Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Al-Masyhur bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin Al-Ash’ghor.
So’al gelar “Al-Zahir” yang disandangnya, belum ada kepastiannya. Tetapi menurut bahasa Arab “Al-Zahir” berarti wajah yang sangat indah sekali bagaikan keindahan bunga-bunga, serta wajah yang gagah dan bercahaya, mungkin wajah waliyyullah Muhammad Al-Zahir sifat-sifat tersebut diatas.
Waliyyullah Muhammad bin Ahmad Al-Zahir dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 2 orang anak lelaki. Satu diantaranya yang bernama Abdullah, yang menurunkan keturunannya seluruh Al-Zahir terutama Yang kebanyakan berada di Indonesia.
Waliyyullah Al-Zahir pulang ke Rahmatullah di Tarim tahun 1208 H.
Semoga Allah SWT memasukkan Beiiau-beliau ke dalam Surga dan
menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan
para Sholihin. Amin !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar